Sebelum menerapkan teori piaget untuk pendidikan anak terlebih dahulu kita bahas ulang mengenai teori piaget, seorang ahli psikologi membuat tahap-tahap perkembangan kognitif pada manusia. Tahapan-tahapan perkembangan kognitif adalah perubahan yang terjadi dalam rentang kehidupan manusia untuk mengolah informasi, memahami, memecahkan masalah dan mengetahui sesuatu.
Jean Piaget seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980 meriupakan salah satu tokoh yang meneliti tentang perkembangan kognitif dan mengemukakan tahapan-tahapan perkembangan koginitif. Tahapan-tahapan tersebut adalah tahap sensori motorik terjadi 0–2 tahun, pra-operasional terjadi 2–7 tahun, operasional konkret pada 7–11 tahun dan operasional formal terjadi 11–15 tahun.
![]() |
Sumber : Slideplayer |
Dalam memahami dunia secara aktif, anak menggunakan skema, asimilasi, akomodasi, organisasi dan equilibrasi. Pengetahuan anak akan terbentuk secara berangsur sejalan dengan pengalaman tentang informasi-informasi yang ditemui. Menurut Piaget, anak menjalani urutan yang sudah pasti dari tahap-tahap perkembangan kognitif. Pada setiap tahap, baik kuantitas maupun kualitas kemampuan anak menunjukkan peningkatan.
Teaching Strategies Menerapkan Teori Piaget untuk Pendidikan Anak
1. Gunakan pendekatan konstnuktivis. Senada dengan pandangan aliran konstruktivis, Piaget menekankan bahwa anak-anak akan belajar dengan lebih baik jika mereka aktif dan mencari solusi sendiri. Piaget menentang metode yang memperlakukan anak sebagai penerima pasif. Implikasi pendidikan dari pandangan Piaget adalah bahwa untuk semua mata pelajaran, murid lebih baik diajari untuk membuat penemuan, memikirkanrya, dan mendiskusikannya, bukan dengan diajari menyalin spa-apa yang dikatakan atau dilakukan guru.
2. Fasiltasi mereka untuk belajar. Guru yang efektif harus merancang situasi yang membuat murid belajar dengan bertindak (leaming by doing. Situasi seperti ini akan meningkatkan pemikiran dan penemuan murid. Guu mendengar, mengamati, dan mengajukan pertanyaan kepada murid agar mereka mendapatkan pemahaman yang lebih baik. Ajukan pertanyaan yang relevan untuk merangsang agar mereka berpikir dan mintalah mereka untuk menjelaskan jawaban mereka.
3. Pertimbangkan pengetahuan dan tingkat pemikiran anak. Murid tidak datang ke sekolah dengan kepala kosong. Mereka punya banyak gagasaı tentang dunia fisik dan alam. Mereka punya konsep tentang ruang, waktu, kuantitas, dan kausalitas. Ide ini berbeda dari idenya orang dewasa. Guru harus menginterpretasikan apa yang dikatakan murid dan merespons dengan memberikan wacana yang sesuai dengan tingkat pemikiran murid.
4 Gunakan penilaian terus-menerus. Makna yang disusun oleh individu tidak dapat diukur dengan tes standar. Penilaian matematika dan bahasa (yang menilai kemajuan dan hasil akhir). pertemuan individual di mana murid mendiskusikan strategi pemikiran mereka, dan penjelasan lisan dan tertulis oleh murid tentang penalaran mer:ka dapat dipakai sebagai alat untuk mengevaluasi kemajuan mereka.
5. Tingkatkan kemampuan intelektual murid. Ketika Piaget mengajar di Amerika, dia ditanya, “Apa yang mesti saya lakukan agar anak saya naik ke tahap yang lebih tingsi dengan lebih cepat? Dia sering ditanya seperti ini sehingga dia menyebutnya sebagai “pertanyaan Amerika.” Menurut Piaget, pembelajaran anak haus berjalan secara alamiah. Anak tidak boleh didesak dan ditekan untuk berprestasi terlalu banyak di awal perkembangan mereka sebelum mereka sizp. Beberapa orang tua menghabiskan waktu berjam-jam dengan menunjukkan kartu besar bertuliskan satu kata kepada bayi agar si bayi cepat menguasai banyak kosakata. Menurut pandangan Piaget, ini bukan cara belajar terbaik bagi bayi. Ini cara yang terlalu terburu-buru untuk meningkatkan kemampuan intelektual, menggunakan pembelajaran pasif, dan karenanya lidak akan berhasil.
6. Jadikan ruang kelas menjadi ruang eksplorasi dan penemuan. Seperti apakah ruang kelas apabila guru menggunakan pandangan Piaget untuk mengajar? Beberapa kelas matematika di grade satu dan dua memberikan beberapa contoh yang bagus (Kamii, 1985, 1989). Guru menekankan agar murid melakukan eksplorasi dan menemukan kesimpulan sendiri. Ruang kelasnya tidak terlalu rapi jika dibandingkan kelas pada umumnya. Buku pelajaran dan tugas dari guru tidak dipakai. Guru lebih banyak mengamati minat murid dan partisipasi alamiah dalam aktivitas mereka untuk menentukan pelajaran apa yang akan diberikan. Misalnya, peląjaran matematika mungkin diajarkan dengan menghitung berapa besar uang makan siang atau menıbagi bekal makanan antar-anak. Sering kali permainan banyak dipakai dalam kelas untuk merangsang pemikiran matematika. Misalnya, Karta domino bisa dipakai untuk mengajari anak tentang kombinasi angka genap. Dalam permainan uc-tac-toe, tanda X dan O digantı dengan angka. Guru mendorong interaksi antarmurid selama pelajaran dan permainan sebab sudut pandang murd yang berbeda dapat menambal kemajuan berpikir.