Membentuk Hubungan Sekolah – Keluarga [Teaching Strategies]

Membentuk Hubungan Sekolah - Keluarga [Teaching Strategies]

Membentuk Hubungan Sekolah – Keluarga – Dalam buku disampaikan oleh Joyce Epstein (1996, 2001; Epstein & Sanders, 2002; Epstein dkk., 2002) mendeskripsikan enam area di mana hubungan keluarga-sekolah dapat dibentuk:

Membentuk Hubungan Sekolah – Keluarga [Teaching Strategies]

Jadi sekolah dan keluarga sangat perlu terhubung, sebagai langkah efektif untuk menjalin komunikasi perkembangan peserta didik kepada orangtuanya. Bagaimana cara membentuk hubungan sekolah – keluarga menurut Joyce Epstein, yaitu:

1. Menyediakan bantuan untuk keluarga.

Sekolah dapat memberi orang tua informasi tentang keterampilan mengasuh anak, arti penting dukungan keluarga, perkembangan anak dan remaja, dan konteks rumah yang bisa memperkaya pembelajaran di setiap level kelas. Guru aúalah titik kontak penting antara sekolah dan keluarga. Guru dapat mengetahui apakah keluarga telah memenuhi kebutuhan fisik dan kesehatan anak-anaknya.

2. Berkomunikasi secara efektif dengan keluarga

Komunikasi sekolah dan keluarga mengenai program sekolah dan kemajuan anak mereka Ini membutuhkan komunikasi sekolah-ke-rumah dan rumah-ke-sekolah. Ajak orang tua untuk menghadiri konferensi guru-orang tua dan fungsi-fungsi sekolah lainnya. Kehadiran mereka akan membuat murid tahu bahwa orang tuanya memerhatikan prestasi sekolah mereka. Tentukan waktu pertemuan yang tidak mengganggu kegiatan orang tua. Kcbanyakan orang tua tidak bisa menghadiri pertemuan pada hari sekolah karena pekerjaan mereka. Salah satu opsi adalah “pertemuan malam” bagi orang tua dan murid untuk datang ke sekolah dan mengerjakan beberapa kegiatan untuk meningkatkan penampilan fisik di sekolah, mengerjakan karya seni, dan sebagainya. Guru dapat memonitor persentase orang tua yang hadir. Jika tingkat kehadirannya sedikit, lakukan diskusi dengan orang tua, guru lain, dan administrator sekolah untuk mencari strategi yang akan meningkatkan partisipasi. Juga, lakukan aktivitas pengembangan di mana orang tua bisa saling kenal, bukan sekadar kenel guru.
Berikut ini beberapa strategi spesifik untuk meningkatkan komunikasi (Rosenthal & Sawyers, 1997):
  • Undang orang tua untuk bertemu Anda sebelum masa sekolah dimulai, atau undang orang tua untuk makan-makan.
  • Kirimkan hasil tes anak ke 1 umah dengan dilampiri catatan atau surat. Surat itu mungkin berisiulasan atas aktivitas mingguan dan saran untuk membantu anak dalam mengerjakan PR-nya.
  • Kirim surat dalam bahasa yang dipakai orang tua.
  • Di sekolah yang punya sistem telepon yang sudah terkomputerisasi, rekamlah pesan tentang unit studi dan tugas pekerjaan rumah sehingga orang tua bisa meneleporn kapan saja. di McAllen, Texas, sebuah sekolah telah mengembangkan kemitraan komunitas dengan stasiun radio lokal. Sekolah itu mensponsori “Discusiones Escolares’, program mingguan berbahasa Spanyol yang mengajak orang tua untuk lebih terlibat dalam pendidikan anak mereka. Orang tua juga bisa mengecek naskah atau rekaman kaset dari setiap program dari koordinator orang tua di sekolah.
  • Dorong kepala sekolah untuk mengadakan pertemuan makan siang dengan orang tua untuk mencari tahu keprihatinan mereka dan meminta saran. Gunakan acara pertemuan guru-orang tua secara efektif. Kadang-kadang koníerensi orang tua-guru adalah satu-satunya sarana kontak antara guru dan orang tua. Jadwalkan konferensi pertama dalam dua minggu pertama masa sekolah sehingga orang tua dapat mengajukan pertanyaan, keluhan dan saran. Ini bisa menghindari problem sejak awal. Pada pertemuan pertama ini cari tahu tentang struktur keluarga (apakah lengkap, cerai, atau keluarga angkat, aturan keluarga, peran keluarga, dan gaya belajar. Gunakan keahlian mendengar aktif dan katakan hal yang positif tentang anak mereka agar Anda terkesan lebih ramah dan mudah diajak bicara.
  • Cara lain menjalin hubungan yang lebih ramah adalah dengan membuat pusat orang tua di sekolah
(Johnson, 1994). Di fasilitas ini orang tua dapat membantu orang tua lain, membantu sekolah, menerima informasi atau bantuan dari sekolah atau komunitas.

3. Ajak orang tua untuk menjadi relawan.

Perbaiki training, pekerjaan, dan jadwal untuk melibatkan orang tua sebagai relawan di sekolah dan untuk meningkatkan kehadiran dalam pertemuan sekolah. Usahakan sesuaikan keahlian relawan dengan kebutuhan kelas. Ingat kembali cerita di awal Bab 2, bahwa di beberapa sekolah, orang tua terlibat aktif dalam perencanaan pendidikan dan membantu guru.

4. Libatkan keluarga dengan anak mereka dalam aktivitas belajar di rumah.

Ini menggunakan antara lain pekerjaan rumah dan aktivitas lain yang berhubungan dengan kurikulum pelajaran. Orang tua akan efektif jika mereka mempelajari strategi tutorning (mengajar) dan mendukung kegiatan sekolah. Epstein (1998; Epstein, Salinas, & Jackson, 1995) menciptakan istilah iteractive homework (PR interaktif dan mendesain sebuah program yang mendorong murid untuk mencari bantuan dari orang tua. Di sebuah sekolah yang menggunakan metode Epstein, surat mingguan dari giru yang dikirim ke orang tua berisi informasi tentang tujuan setiap tugas PR, memberi petunjuk, dan meminta komentar. Salah satu tugas dalam desain PR interaktif ini adalah meminta orang tua untuk menemani anaknya pergi ke rumah tetangga untuk mendiskusikan industri lokal. Epstein, dkk. (1995) telah menyusun pedoman bagi guru yang berisi ratusan contoh latihan PR interaktif di sekolah dasar. Pedoman ini bisa diperoleh dari Center on Families, Communities, Schools, and Children Learning di Johns Hopkins University, Baltimore.

5. Libatkan keluarga sebagai partisipan dalan keputusan sekolah.

Orang tua bisa diundang untuk menjadi dewan sekolah, koinite sekolah, penasihat, dan organisasi orang tua iainnya. Di SD Antwa di area pedesaan Wisconsin, ogansiasi orang tua-guru melakukan pertemuan untuk mendiskusikan tujuan pendidikan dan sekolah, metode belajar yang tepat sesuai usia, disiplin anak, dan kinerja ujian.

6. Mengoordinasikan kerja sama komunitas.

Buat hubungan dengan upaya dan sumber daya komunitas bisnis, agen, perguruan tinggi atau universitas untuk memperkuat program sekolah, praktik keluarga, dan pembelajaran murid. Sekolah bisa memberi keluarga tentang program komunitas dan layanan komunitas yang bermanfaat bagi mereka. Contoh dari koordinasi kolaborasi komunitas ini adalah First Thursdays di Baltimore Museum of Art and Locerman-Bunday Elementary School di Baltimore. Pada program First Thursday s, sekolah menyediakan makanan hotdog untuk 247 murid dan keluarga mereka sebelum naik bus menuju museum pada malam hari untuk mempelajari “Portraits in Paris”.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *