Pakaian adat baju lambung suku sasak biasanya dipakai saat upacara adat seperti

Baju Lambung – Pakaian adat baju lambung suku sasak biasanya dipakai saat upacara adat resmi. Pakaian jenis ini adalah untuk wanita suku sasak. Para wanita dari suku ini akan memakai pakaian adat baju lambung ini biasanya dipakai saat upacara Nyongkol, Mendakin, dan Ngarebon. Mari mengenal suku sasak lebih dalam. Silahkan simak pemaparan kami dibawah ini untuk mengetahui lebih jauh mengenai suku sasak dari Nusa Tenggara Barat.

1. Suku sasak

Jika kita mengunjungi Pulau Lombok – Nusa Tenggara Barat sangat bagus dan menyuguhkan pemandangan yang luar biasa. Pulau Lombok ini di huni oleh suku sasak, terutama jika kalian menuju Desa Sade. Desa ini disebut sebagai asal dari suku sasak, tanah lahirnya generasi penerus dan masyarakat suku sasak.
Pakaian adat baju lambung suku sasak biasanya dipakai saat upacara adat seperti
Suku sasak dari NTB

Pakaian adat baju lambung suku sasak biasanya dipakai saat upacara adat seperti
Suku sasak dari NTB

Pakaian adat baju lambung suku sasak biasanya dipakai saat upacara adat seperti
Suku sasak dari NTB

Pakaian adat baju lambung suku sasak biasanya dipakai saat upacara adat seperti
Suku sasak dari NTB

Populasi suku sasak cukup banyak, menurut rimbakita, ada sekitar 3 juta jiwa dengan penyebaran sebanyak 2.5 juta jiwa terkonsentrasi di Pulau Lombok dan 500 ribu jiwa lainnya menyebar ke beberapa wilayah di Indonesia.
Banyak hal menarik yang dapat kita pelajari dari suku ini, memakan sirih, tarung kejantanan (kelahi), adat dan kebiasaan lainnya. Suku ini juga ada pada masa perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. Tidak kalah menarik, bukan ? Ternyata suku sasak sangat terkenal dari hampir semua adat dan kebiasaanya.

2. Pakaian Adat

Suku Sasak memiliki pakaian adat  yang menjadi salah satu bagian yang menarik perhatian wisatawan saat berada di Lombok. Ketika mereka berkunjung ke Desa Sade, wisatawan menggunakan pakaian adat lengkap. Ini sebagai bukti bahwa mereka telah berkunjung ke beberapa tempat yang mereka abadikan pemandangan dan fotonya seperti air terjun dan Gunung Rinjani, wisatawan berfoto menggunakan salah satu kain adat suku sasak. 
Saat ini Pulau Lombok memang menjadi tujuan wisata yang banyak diincar oleh Wisatawan, baik manca maupun lokal. Ini dikarenakan letaknya yang sanagt strategis berada di antara dua destinasi wisata terkenal yakni Bali dan Labuan Bajo. Selain itu, letak Pulau Lombok yang berada di Indonesia bagian tengah juga menjadi penyumbang dalam memudahkan berbagai Wisatawan dalam Negeri untuk berkunjung.
Pulau Lombok dihuni oleh sebagian besar Suku Sasak selain suku ini, juga terdapat Suku Mbojo dari Bima, Suku Samawa dari Sumbawa, dan beberapa etnis lainnya seperti Etnis Bugis, Jawa, Melayu, Bali, Arab, dan Tionghoa. Dari sekian banyak suku-suku tersebut, suku asli Pulau Lombok adalah Suku Sasak.
Jika kita membahas tentang Suku Sasak asli Pulau Lombok tidak jauh dengan keunikan yang dimiliki oleh suku ini. Salah satu keunikan yang dimiliki suku sasak adalah pakaian adat. Seperti apa sih keunikan dari pakaian adat Suku Sasak, berikut kami berikan informasinya untuk Wisatawan.
Jika bahas pakaian adat suku sasak, dimana suku ini memiliki pakaian adat terbagi dalam dua bagian yakni pakaian adat untuk Wanita dan Laki-laki. Pakaian adat suku sasak untuk Wanita disebut dengan Pakaian Lambung sementara Pakaian adat Pria disebut dengan Pakaian Pegon.
Pakaian adat baju lambung dan pakaian pegon suku sasak biasanya dipakai saat upacara adat seperti pada waktu menyambut kedatangan tamu dan juga saat tengah melaksanakan upacara adat yang dikenal dengan nama Mendakin atau Nyongkol. Bentuk khas pakaian adat suku sasak ini berupa model kerah berbentuk V yang diberi hiasan pada bagian gigir baju.

a. Pakaian adat baju Lambung untuk wanita suku sasak

Pangkak, merupakan mahkota emas berbentuk bunga cempaka dan mawar yang diselipkan di sela konde/sanggul. Tangkong, merupakan baju yang terbuat dari bahan beludru atau brokat berwarna gelap. Tongkak, merupakan kain sabuk panjang yang dililitkan pada pinggang dengan bagian ujung rumbai berada di sebelah kiri.
Lempot, merupakan kain tenun panjang dengan corak khas Lombok yang disampirkan di pundak sebelah kiri. Kereng, merupakan kain tenun songket khas Lombok yang dililitkan pada pinggang hingga sebatas mata kaki. Aksesoris, merupakan perlengkapan pendukung atau pelengkap seperti rantai perak ikat pinggang, giwang, kalung, dan sebagainya.
Pakaian adat baju Lambung
Pakaian adat baju Lambung

Pakaian adat baju Lambung
Pakaian adat baju Lambung

Pakaian adat baju Lambung
Pakaian adat baju Lambung

Pakaian adat baju Lambung
Pakaian adat baju Lambung

Pakaian adat baju Lambung
Pakaian adat baju Lambung

Pakaian adat baju lambung suku sasak biasanya dipakai saat upacara adat seperti
Pakaian adat baju Lambung

Pakaian adat baju lambung suku sasak biasanya dipakai saat upacara adat seperti
Pakaian adat baju Lambung

b. Pakaian adat baju pegon untuk pria suku sasak

Cappuq atau Sapuk, merupakan mahkota yang ditaruh di atas kepala. Pegon, merupakan baju yang mendapat pengaruh adat Jawa dan mengadopsi model jas Eropa. Leang atau Dodot, merupakan kain songket yang berfungsi untuk menyelipkan keris. Kain ini digunakan dengan cara melilitkannya di sekeliling pinggang, sehingga terlihat seperti ikat pinggang.
Kain dengan Wiro, merupakan kain yang digunakan sebagai penutup tubuh bagian bawah yang dililitkan dari pinggang hingga sebatas mata kaki dengan ujung tengah lurus menjuntai ke bawah. Keris, merupakan merupakan perlengkapan pendukung atau pelengkap. Selendang Umbak, merupakan sabuk yang khusus diperuntukkan bagi para pemangku adat atau pengayom masyarakat yang dibuat dengan ritual khusus dalam keluarga sasak. Jenis kain yang digunakan umumnya berwarna merah dan hitam dengan panjang berkisar empat meter yang dihiasi dengan kepeng bolong.
Pakaian adat baju pegon suku sasak biasanya dipakai saat upacara adat seperti
Pakaian adat baju pegon

Pakaian adat baju pegon suku sasak biasanya dipakai saat upacara adat seperti
Pakaian adat baju pegon

Pakaian adat baju pegon suku sasak biasanya dipakai saat upacara adat seperti
Pakaian adat baju pegon

Pakaian adat baju pegon suku sasak biasanya dipakai saat upacara adat seperti
Pakaian adat baju pegon

Pakaian adat baju pegon suku sasak biasanya dipakai saat upacara adat seperti
Pakaian adat baju pegon

Pakaian adat baju pegon suku sasak biasanya dipakai saat upacara adat seperti
Pakaian adat baju pegon

Pakaian adat baju pegon suku sasak biasanya dipakai saat upacara adat seperti
Pakaian adat baju pegon

Pakaian adat baju pegon suku sasak biasanya dipakai saat upacara adat seperti
Pakaian adat baju pegon

3. Lambang Perlengkapan Adat Suku Sasak

Perlengkapan adat Sasak memiliki makna atau melambangkan sebuah arti dari setiap perlengkapan baik untuk pakaian Wanita maupun pakaian Pria, meliputi:

a. Arti Pakaian Adat Wanita (Pakaian Lambung)

Arti pakaian adat wanita pakaian lambunng dari suku sasak ini adalah Pangkak, seiring perkembangan zaman pangkak jarang digunakan karena wanita suku Sasak beralih mengenakan Jilbab, Jilbab sebagai lambang menjaga aurat atau kesucian bagi kaum Wanita. Makna Tangkong, sebagai lambang keagungan seorang wanita. Makna Tongkak, sebagai lambang ketaatan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan pengabdian kepada Orang Tua, Suami bagi wanita yang telah menikah, dan kepada masyarakat.
Lempot, sebagai lambang kasih sayang kepada sesama yang harus dimiliki setiap masyarakat Suku Sasak. Kereng, sebagai lambang kesuburan tubuh dan kesopanan sikap kepada sesama. Aksesoris, sebagai lambang kecantikan seorang wanita dan lambang sosial, semakin banyak dan mahal aksesoris yang dipakai maka wanita tersebut berasal dari sosial yang tinggi.

b. Arti Pakaian Adat Pria (Pakaian Pegon)

Arti pakaian adat pria, pakaian pegon adalah Cappuq atau Sapuk, diartikan sebagai lambang penghormatan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pegon, sebagai lambang keagungan seorang pria dan kesopanan sikap kepada sesama. Leang atau Dodot, sebagai lambang berkarya, pengabdian kepada Orang Tua dan masyarakat.
Arti kain dengan Wiro, sebagai lambang kerendahan hati dan sikap tawadhu’ yang harus dimiliki setiap masyarakat Suku Sasak. Keris, dalam ataurannya penggunaan keris sebagai lambang adat bagian mukanya harus menghadap kedepan sebagai lambang kesatria, jika terbalik maka bermakna berperang atau siaga. Selendang Umbak, sebagai lambang kasih sayang dan kebijakan bagi pemakainya.

4. Rumah Adat suku sasak

Rumah Adat Sasak, merupakan rumah tradisional suku Sasak yang berada di Pulau Lombok – Nusa Tenggara Barat. Rumah Adat Sasak terdapat dua jenis yakni Bale Tani dan Lumbung.  Bale Tani adalah bangunan yang dipergunakan sebagai tempat tinggal, dan Lumbung adalah bangunan yang biasa digunakan sebagai tempat menyimpan padi hasil panen atau untuk menyimpan segala kebutuhan.
Rumah adat suku sasak - Pakaian adat baju lambung suku sasak biasanya dipakai saat upacara adat seperti

Rumah Adat  Sasak, Bale Tani hanya memiliki satu pintu berukuran sempit dan rendah, dan tidak memiliki jendela. Dalam masyarakat Sasak, rumah berada dalam dimensi sakral dan profan duniawi secara bersamaan. Makna dari dimensi ini adalah rumah adat Sasak disamping sebagai tempat berlindung dan berkumpulnya anggota keluarga juga menjadi tempat dilaksanakannya ritual-ritual sakral yang merupakan manifestasi dari keyakinan kepada Tuhan, arwah nenek moyang dan sebaginya.
Bale Tani terbagi menjadi dua bagian yaitu Bale Dalam dan Bale Luar. Ruangan Bale Dalam biasanya diperuntukkan untuk anggota keluarga wanita, yang sekaligus merangkap sebagai dapur. Sedangkan ruangan Bale Luar diperuntukkan untuk anggota keluarga lainnya, dan juga berfungsi sebagai ruang tamu.
Atap rumah Sasak terbuat dari jerami dan berdinding anyaman bambu (bedek). Lantainya dibuat dari tanah liat yang dicampur dengan kotoran kerbau dan abu jerami. Campuran tanah liat dan kotoran kerbau membuat lantai tanah mengeras, sekeras semen. Pengetahuan membuat lantai dengan cara tersebut diwarisi dari nenek moyang mereka.

  • Proses Pembuatan

Ada hal lain yang cukup menarik diperhatikan dari rumah adat Sasak yaitu terletak pada pola pembangunannya. Dalam membangun rumah, orang Sasak menyesuaikan dengan kebutuhan keluarga maupun kelompoknya. Ruangannya (rong) dibagi menjadi inan bale (ruang induk) meliputi bale luar (ruang tidur) dan bale dalem berupa tempat menyimpan harta benda, ruang ibu melahirkan sekaligus ruang disemayamkannya jenazah sebelum dimakamkan.
Peralatan dan bahan yang harus dipersiapkan untuk membangun rumah adat Sasak diantaranya adalah:
  • Kayu-kayu penyangga;
  • Bambu;
  • Bedek anyaman dari bambu untuk dinding;
  • Jerami dan alang-alang digunakan untuk membuat atap;
  • Kotaran kerbau atau kuda, sebagai bahan campuran untuk mengeraskan lantai;
  • Getah pohon kayu banten dan bajur.
Bagi masyarakat suku Sasak, rumah mempunyai fungsi penting dalam kehidupan, oleh karena itu perlu perhitungan yang cermat tentang waktu, hari, tanggal dan bulan yang baik untuk memulai pembangunannya. Dalam mencari waktu yang tepat atau menentukan waktu memulai membangun rumah, masyarakat Sasak berpedoman pada papan warige yang berasal dari Primbon Tapel Adam dan Tajul Muluq. Oleh karena, tidak semua orang mempunyai kemampuan untuk menentukan hari baik, biasanya bila hendak membangun rumah harus bertanya kepada pemimpin adat.
Orang Sasak di Lombok meyakini bahwa waktu yang baik untuk memulai membangun rumah adalah pada bulan ketiga dan bulan kedua belas penanggalan Sasak, yaitu bulan Rabiul Awal dan bulan Zulhijjah pada kalender Islam. Ada juga yang menentukan hari baik berdasarkan nama orang yang akan membangun rumah. Sedangkan bulan yang paling dihindari (pantangan) untuk membangun rumah adalah pada bulan Muharram dan bulan Ramadlan. Pada kedua bulan ini, menurut kepercayaan masyarakat setempat, rumah yang dibangun cenderung mengundang malapetaka, seperti penyakit, kebakaran, sulit rizqi, dan sebagainya.
Selain persoalan waktu baik untuk memulai pembangunan, orang Sasak juga selektif dalam menentukan lokasi tempat pendirian rumah. Mereka meyakini bahwa lokasi yang tidak tepat dapat berakibat kurang baik kepada yang menempatinya. Misalnya, mereka tidak akan membangun tumah di atas bekas perapian, bekas tempat pembuangan sampah, bekas sumur, dan pada posisi jalan tusuk sate atau susur gubug.
Selain itu, orang Sasak tidak akan membangun rumah berlawanan arah dan ukurannya berbeda dengan rumah yang lebih dahulu ada. Menurut mereka, melanggar konsep tersebut merupakan perbuatan melawan tabu (maliq-lenget). Rumah adat Sasak pada bagian atapnya berbentuk seperti gunungan, menukik ke bawah dengan jarak sekitar 1,5 sampai 2 meter dari permukaan tanah (fondasi). Atap dan bubungannya (bungus) terbuat dari alang-alang, dindingnya dari anyaman bambu (bedek), hanya mempunyai satu berukuran kecil dan tidak ada jendelanya.
Rumah Adat Suku Sasak belokasi di desa Sade, yang merupakan  sebuah perkampungan suku Sasak asli. Terletak di Kecamatan Pujut, wilayah bagian selatan Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Perkampungan Sade merupakan suku Sasak yang masih mempertahankan dan menjaga keaslian kebudayaan Sasak lama, sejak zaman pemerintahan Kerajaan Pejanggik di Praya, Kabupaten Lombok Tengah sampai sekarang.

5. Upacara adat suku sasak

Upacara Adat Khas Lombok – Kebudayaan suatu daerah merupakan nilai plus tersendiri untuk bisa menarik minat para wisatawan. Hebatnya, hampir semua daerah di negeri kita tercinta ini, mempunyai beraneka ragam kebudayaan, yang antara daerah satu dengan lainnya, berbeda-beda. Setiap daerahnya mempunyai ciri khas dan keunikan tersendiri, yang sangat menarik untuk dilihat.
Tanpa terkecuali kebudayaan khas kota Lombok, khususnya untuk seni upacara khas daerah tersebut. Nah untuk anda yang tertarik mengetahui lebih lanjut, tentang apa saja upacara adat yang ada di Lombok, berikut ulasan lengkapnya.

a. Upacara Merariq

Pulau Lombok yang selain terkenal akan wisata alam dan kulinernya, ternyata mempunyai aset kebudayaan yang sangatlah berharga yang dimana sampai saat ini masih terjaga dengan baik. Aset berharga tersebut ada dalam bentuk upacara adat, yang mana salah satu upacara adat tersebut ialah Upacara Merariq.
Upacara Merariq - Pakaian adat baju lambung suku sasak biasanya dipakai saat upacara adat seperti
Upacara Merariq suku Sasak

Upacara Merariq - Pakaian adat baju lambung suku sasak biasanya dipakai saat upacara adat seperti
Upacara Merariq

Upacara Merariq - Pakaian adat baju lambung suku sasak biasanya dipakai saat upacara adat seperti
Upacara Pernikahan Suku Sasak

Dalam bahasa Suku Sasak (suku asli Pulau Lombok), Upacara Merariq adalah nama lain dari upacara perkawinan. Upacara pernikahan ala Lombok ini mempunyai keunikan tersendiri dari adat lainnya di Indonesia. Unik karena sebelum upacara Merariq dilangsungkan, sang mempelai wanita harus “diculik” terlebih dahulu oleh mempelai laki laki. Tentu saja proses ini sudah dengan persetujuan dari keluarga kedua belah pihak.
Meski pun sang mempelai wanita harus “diculik” terlebih dahulu oleh pihak laki laki, namun bukan berarti pihak laki laki bisa bebas semaunya. Semua masih dalam pengawasan adat dan norma yang berlaku. Setelah proses tersebut dilaksanakan, esok harinya dilakukan proses ijab kabul yang menandakan syah nya sebuah pernikahan.

b. Upacara Adat Nyongkolan

Upacara Adat Nyongkolan sendiri masih merupakan bagian dari rangkaian upacara pernikahan adat Lombok. Nyongkolan sendiri merupakan upacara mengarak pengantin pria menuju rumah sang mempelai wanita. Dalam prosesinya, acara mengiring pengantin pria ini di ikuti oleh keluarga besar serta kerabat sang mempelai pria. Selain itu juga terdapat iring-iringan musik yang meramaikan Upacara Adat Nyongkolan ini.
Upacara adat Nyongkolan - Pakaian adat baju lambung suku sasak biasanya dipakai saat upacara adat seperti
Proses Upacara Adat Nyongkolan

Upacara adat Nyongkolan - Pakaian adat baju lambung suku sasak biasanya dipakai saat upacara adat seperti
Upacara Adat Nyongkolan Berlangsung

Upacara adat Nyongkolan - Pakaian adat baju lambung suku sasak biasanya dipakai saat upacara adat seperti
Prosesi Upacara Adat Nyongkolan

Hal lain yang menjadi ciri khas dari Upacara Nyongkolan adalah dimana sebagian kerabat dan keluarga besar dari mempelai laki laki membawa beberapa benda seperti sayuran, hasil kebun, buah buahan dan lain sebagainya. Benda benda yang mereka bawa tersebut nantinnya akan dibagikan kepada kerabat dan tetangga dari mempelai perempuan.
Upacara Adat Nyongkolan ini dilakukan bukan tanpa alasan yang jelas. Tujuan dari prosesi ini adalah untuk memperkenalkan sang mempelai laki laki kepada warga sekitar, terutama kepada kerabat dan tetangga dari sang mempelai perempuan. Sampai sekarang Upacara Nyongkolan masih berlangsung dan bahkan ketika acara ini dilangsungkan bisa menimbulkan kemacetan mendadak.

c. Upacara Bau Nyale

Untuk upacara adat yang satu ini tidak ada hubunganya dengan dua acara adat sebelumnya. Upacara Bau Nyale sendiri merupakan upacara adat yang dilakukan di pantai. Berasal dari dua kata bahasa Sasak, yaitu Bau yang berarti menangkap dan Nyale yang merupakan nama dari jenis cacing laut di Lombok.
Upacara adat Bau Nyale - Pakaian adat baju lambung suku sasak biasanya dipakai saat upacara adat seperti
Bau Nyale dari jauh

Upacara adat Bau Nyale - Pakaian adat baju lambung suku sasak biasanya dipakai saat upacara adat seperti
Bau Nyale dari dekat

Anda bisa mengikuti acara Bau Nyale pada bulan Februari dan Maret. Pada acara ini para warga akan beramai ramai turun ke pantai untuk menangkap Nyale saat terjadi pasang surut air laut, tetapi apabila ingin mengikuti acara ini, anda harus sudah bersiap siap sebelum pukul empat pagi karena acara Upacara Bau Nyale ini sendiri dilaksanakan pada pukul empat sampai lima pagi. Hasil tangkapan dalam upacara adat ini akan dimasak dan dimakan bersama sama atau pun untuk dijual.
Upacara Merariq, nyongkolan dan Bau Nyale adalah sebagian dari upacara adat yang ada di Lombok. Tentunya acara acara adat tersebut haruslah tetap terjaga nilai-nilai luhurnya, dan wajib dilestarikan hingga sekarang.

6. Mengunjungi Dusun Sasak Sade

Bagi Wisatawan yang penasaran dengan pakaian adat Suku Sasak bisa mencoba untuk memakainya langsung dengan mengunjungi Desa Sasak Sade. Dusun Sasak Sade merupakan salah satu dusun dengan penduduk asli Pulau Lombok yaitu Suku Sasak. Dusun tersebut masih sangat menjaga adat istiadat dan kebudayaan suku asli Pulau Lombok.
Dusun Sasak sade Nusa Tenggara Barat
Dusun Sasak Sade

Dusun Sasak sade Nusa Tenggara Barat
NTB – Dusun Sasak Sade
Hal serupa itu menjadikan Dusun Sade memiliki keistimewaan dan membuat banyak wisatawan lokal bahkan mancanegara datang untuk melihat langsung kekayaan budaya dan kebiasaan unik Suku Sasak. Dalam melestarikan budaya Suku Sasak, Pemerintah Daerah bekerja sama bahu-membahu dengan Masyarakat menjadikan Dusun Sade Lombok sebagai tempat belajar dan melestarikan tradisi Sasak.
Dusun Sade Lombok terletak di Desa Rambita, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah. Letaknya tidak jauh dari Bandara Internasional Lombok. Hanya perlu sekitar 30 menit untuk mencapai lokasi tersebut. Di Dusun Sade hanya ada sekitar 152 kepala keluarga dan sebagai suku asli Sasak tinggal di Lombok Tengah, mereka memegang teguh tradisi sejak zaman pemerintahan Kerajaan Pejanggik di Praya Kabupaten Lombok Tengah. Hal itulah yang membuat desa tersebut sohor dan menarik untuk dikunjungi.

Kesimpulan

Pakaian adat baju lambung suku sasak biasanya dipakai saat upacara adat seperti NYONGKOL atau MENDAKIN. Upacara mendakin ini sendiri adalah upacara adat yang ditujukan untuk menyongsong NGAREBONG. Pada upacara Mendakin ini, wanita yang menggunakan baju adat lambung bertugas membawa woh-woh.
Itu dia informasi terkait Pakaian adat baju lambung dan baju pegong suku sasak biasanya dipakai saat upacara adat Nyongkol, Ngarebong, dan Mendakin. Semoga bisa menjadi wawasan tambahan yang menarik untuk Anda. Kunjungi terus halaman blog kami ini untuk informasi lainnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *